30 Juni 2016
Saat ini saya akan menceritakan hal yang
sangat sepele, akan tetapi selalu menjadi trending topic di dalam hidup saya,
yaitu Cinta. Ini bukan Cintanya Rangga, melainkan kata kerja (atau benda) yang
selalu mengusik diri saya. Sejak dahulu kala, mulai dari memori saya dimulai.
Sebelumnya mari kita persempit kata
cinta yang akan saya gunakan disini. Ini bukanlah cinta dalam artian luas,
melainkan artian sempit, dimana ada rasa yang berbeda yang saya rasakan
terhadap lawan jenis saya.
Saya sering jatuh cinta. Karenanya
saya mengkategorikan diri saya sebagai orang yang mudah jatuh cinta. Apakah ini
adalah hal yang buruk ? Bisa jadi. Saya mudah bosan dan berpindah rasa, tapi
kancil yang paling pandai sekali pun pasti pernah terjatuh. Pernah saya jatuh
terlalu dalam pada seseorang yang sayangnya salah.
Ini terjadi ketika saya kuliah. Dia datang
di saat yang sangat tepat. Ketika saya tak kunjung sudah membuat skripsi,
kesepian, dan ingin melarikan diri. Ia datang bak penyelamat, pahlawan-pahlawan
yang sering kali saya tonton di film. Saya jatuh cinta begitu saja, tanpa
kehati-hatian, tanpa tameng, tanpa tali penyelamat. Saya suka rela menjatuhkan
diri saya ke dalam tebing yang bahkan ujungnya tidak dapat saya lihat.
Dan saya terbang tentu saja. Bukankah
orang bodoh yang suka rela melompat dari ketinggian tebing tanpa alat
keselamatan akan merasakan sensasi terbang meski hanya sesaat ? Itu lah yang
saya rasakan. Saya sangat bahagia ! Itu adalah saat paling bahagia di dalam
hidup saya. Saya merasa seperti sedang di atas awan, saya merasa tak ada
gravitasi yang menarik saya ke bumi, saya terbang ! Saya mengerjakan skripsi
saya dengan sangat cepat. Hanya butuh waktu dua minggu untuk saya seminar
dihitung sejak awal saya membuat skripsi. Saya ingin cepat-cepat menyelesaikan
skripsi dan pergi ke Palembang untuk bertemu dia. Karena saat itu saya sedang
mabuk kepayang. Saya bahkan membuat buku diari kecil yang seluruhnya berisi
tentang Dia, yang saya ingin beri kepadanya ketika kami bertemu. Saya segila
itu.
Tapi sensasi terbang tidak akan
dirasakan selamanya. Itu hanya sesaat. Hubungan pacaran alay kami berakhir
tidak lebih dari dua bulan. Lucu sekali mengingat betapa saya mencurahkan
segala rasa yang saya miliki kepadanya dan dia dengan mudahnya berkhianat dan
meninggalkan saya. Lucu. Dan memalukan.
500 Days of Summer. Tokoh utama pria
dalam film itu adalah saya. Ketika jatuh cinta, dan ketika patah hati. Itu
benar-benar seperti yang saya rasakan. Dan ironisnya, pertama kali saya
menonton film tersebut, saya berpikir bahwa pria itu terlalu lebay, sutradara
yang lebay, dan film yang lebay. Dan akhirnya itu terjadi dalam diri saya. Dan
ketika itu terjadi pada dirimu sendiri, tak ada satu pun yang terasa
berlebihan.
Saya patah hati. Dan lucunya saya
tetap berusaha untuk melakukan kegiatan saya seperti biasa. Hanya saja itu
seperti film hitam putih yang terlihat seperti hanya bergerak saja. Kau tahu
film-film hitam putih yang tanpa suara dan hanya memperlihatkan kereta
berjalan, orang berlalu-lalang, aktivitas tanpa henti tanpa emosi ? Itu yang
saya lakukan. Saya incapable to feel anything, I couldn’t even cry. Dan saya
masih menunggu. Itu karena saya masih menunggu. Menunggu dia menghubungi saya
dan mengatakan bahwa semua itu hanya salah paham. Saya menghitung hari demi
hari, dan meyakinkan diri saya bahwa dia sudah pergi. Tapi kau tahu, hati
selalu berjalan sendiri.
Banyak yang saya capai ketika saya
patah hati. Saya ikut tes pln dan saya lulus. Kau tahu, itu karena dia. Karena
saya melakukan apa pun yang saya harus lakukan tanpa berpikir. Saya ke Jakarta
dan memulai penelitian saya sambil mendaftar di pln. Saat itu saya masih ingin
dia kembali. Dan seluruhnya kacau ketika akhirnya dia benar-benar memulai
hubungan dengan wanita itu. Ah, lucu sekali.
Hal yang sangat saya syukuri adalah
di saat saya mengetahui fakta menyedihkan itu, saya sedang bersama Winda teman
saya. Karena kalau tidak saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan. Dan saya
meminta beliau menemani saya memotong rambut. Lucu sekali, saya kira dengan
memotong rambut bisa membuat saya melupakan dia. Tapi hal yang patut disyukuri
adalah sejak saat itu, saya berhenti menunggu.
Pengalaman pahit ini benar-benar
telah merubah cara saya berpikir. Dahulu, saya adalah orang yang akan percaya
dengan apa pun yang orang katakan. Pernah ketika masa menunggu pengumuman
SNMPTN, teman saya mengatakan kepada saya bahwa IPB berganti nama. Sebelumnya P
dari IPB adalah pertanian, dan sekarang P tersebut telah berganti menjadi
Perternakan. Dan dengan polosnya saya percaya dan menyebarkan informasi itu ke
teman saya di Hubungan Internasional. Sudah bisa ditebak hasilnya, saya
dibegoin. Selain itu, saya juga adalah orang yang akan menyalahkan diri saya
sendiri bila terjadi masalah tak peduli apa. Sekarang ? Saya adalah orang yang
tidak mudah percaya dan tak akan mudah menyalahkan diri saya sendiri.
Sekarang saya bisa melihat seluruh
keburukan yang dia miliki dan benar-benar buta terhadap kelebihannya. Saya
membencinya. Dan tak dapat dipungkiri, ada perasaan dalam hati saya yang
menginginkan penderitaannya. Tapi apakah dia pantas menerima kebencian saya ?
Tidak. Dia tidak pantas menerima emosi apa pun oleh saya. Sama sekali tidak.
Dan kau tahu apa yang pantas ?
MENGHAPUS MEMORI TENTANG DIA DI DALAM HIDUP SAYA. Dia harus menjadi orang yang
sama sekali tidak penting dalam diri saya. Seorang yang akan saya ingat sambil
lalu tanpa emosi. Yang ketika tak sengaja teringat atau bertemu, hanya saya
anggap sebagai kenalan tak berarti. Itu yang pantas baginya. Dan dia tak pantas
saya ingat-ingat. Sumpah demi Allah, saya sangat takut menjadikan dia motivasi
saya untuk menjadi lebih baik. Saya berlindung kepada Allah dari ingatan
tentangnya. Saya berlindung kepada Allah dari kebencian. Karena saya tak ingin
luka, pun melukai orang lain. Karena saya ingin menjadi seorang yang lebih
baik, muslim yang bermanfaat bagi sesama.
Dan ayolah diriku, ada banyak hal
penting di dunia ini. Mulailah diriku untuk mendekatkan diri kepada Allah,
membaca banyak buku, menulis, dan bermanfaat bagi orang lain. Karena cinta
hanyalah cobaan, karena jodoh telah ditulis oleh Allah di kitabNya. Dan yang
harus kau lakukan adalah terus memperbaiki dirimu dan terus berikhtiar. Ayo
berusaha diriku J
P.S : Saya pacaran jarak jauh, jadi
tidak ada yang namanya skinship alias pegang-pegangan atau apa pun itu. Saya
tetap menjaga diri saya tak peduli apa. Karena saya punya agama dan prinsip. Ya
meski Islam melarang pacaran sih.. Astaghfirullah.
Saya tidak mau pacaran mulai sekarang, insyaAllah.