Resensi Buku if I may say
Buku 1
Perjalananku Mengelilingi Dunia : Catatan Perjalanan
Seorang Penulis Feminis
Nawal El Sadaawi, Penerjemah : Hermoyo. Yayasan Obor
Indonesia: Jakarta 2006
Dalam
buku ini, Nawal menceritakan pengalamannya keliling dunia. Sangat indah
sejujurnya. Kisah Nawal mengingatkan saya kembali akan masa-masa kecil saya,
mengingatkan saya juga akan Negara pertama yang saya kunjungi, Thailand. Benar
apa yang dikatakan oleh Nawal, ketika kita berada jauh dari tanah air, maka
jelaslah pula keadaan tanah air yang sebenarnya di mata kita. Perbandingan akan
selalu memberikan kita pengalaman yang lebih baik. Sesuatu yang baru, baik itu
tempat yang baru dan orang-orang yang baru akan memperkaya pemahaman kita akan
banyak hal. Terutama disini, dalam buku ini, Nawal menjelaskan betapa
pengalaman yang baru tersebut telah membuka matanya akan banyak hal, baik itu
tentang ketidakadilan, kemiskinan, serta kurang bahkan hilangnya hak-hak kaum
perempuan.
Bagian
pertama buku ini menceritakan pengalaman pertama Nawal pergi ke luar negeri
dengan diceritakan pula masa kanak-kanak Nawal. Membaca ini banyak mengingatkan
diri saya tentang diri sendiri, tentang ayah dan ibu saya, tentang keluarga
saya. Bagian ke dua buku ini berjudul ‘Separuh dunia yang lain’. Nawal
menceritakan pengalamannya ke Eropa dan Amerika Serikat. Saya iri. Sedangkan
bagian ketiga buku ini, Nawal menceritakan pengalamannya di Jordan. Ketika itu
sedang perang, dan banyak yang terluka parah. Hal ini mengingatkan saya akan
kebodohan diri beberapa tahun yang lalu. Ketika itu sedang dalam kegiatan
belajar mengajar Islam dalam Hubungan Internasional. Dosen saya, bu Deasy
menanyakan kepada mahasiswa apa yang harus dilakukan oleh Indonesia terhadap
Malaysia yang telah banyak mencaplok tidak hanya budaya, tapi juga tanah
territorial Indonesia. Saat itu saya dengan percaya diri menjawab seharusnya
Indonesia mengambil tindakan tegas, perang bila perlu. Saya lupa, bahwa perang
akan mengambil ayah saya, kakak laki-laki saya, pendidikan saya, kehidupan
nyaman yang saya rasakan, dan menggantinya dengan bau kematian dan intervensi
asing yang merajalela. Saya malu dengan pemikiran saya kala itu dan menyadari
bahwa saya harus membaca lebih banyak lagi untuk membentuk pemahaman yang lebih
baik mengenai kehidupan.
Di
bagian keempat, Nawal menceritakan pengalamannya pergi ke Helsinki untuk
menghadiri konferensi kaum perempuan. Helsinki terletak di Kutub Utara yang
biasa disebut Skandinavia. Disini Nawal menceritakan pengalamannya bertemu
dengan perempuan-perempuan hebat dari seluruh dunia. Hal yang paling menarik
adalah adanya seorang gerilyawati Vietnam bernama Wanto Anto yang ikut
berperang dan telah membunuh berpuluh-puluh orang. Hal ini membuktikan kepada
diri saya bahwa sikap feminitas yang ditujukan kepada perempuan tidaklah sepenuhnya
benar. Entah itu laki-laki atau pun perempuan, memiliki potensi kebaikan dan
kejahatan yang sama. Dan yang tidak kalah menarik adalah Valentina, seorang
wanita pertama di dunia yang terbang ke luar angkasa dan ia berasal dari Uni
Soviet ! Tapi saya bertanya-tanya, benarkah ia ke luar angkasa mengingat Niel
Amstrong saja dikabarkan tidak benar-benar mendarat di bulan ?
Di
bab selanjutnya Nawal menceritakan pengalaman pertamanya pergi ke Uni Soviet. Hal
yang mengejutkan saya adalah betapa hak-hak perempuan telah banyak diberikan di
Negara ini, betapa Lenin dipuja (mayat
Lenin dibalsem dan dipamerkan di museum), dan betapa Uni Soviet menghargai
sejarah dengan banyaknya museum disana. Saya jadi teringat dengan museum-museum
di Indonesia yang tidak hanya tidak diminati oleh masyarakat tapi juga
perawatan dan penjagaan yang buruk sampai-sampai banyak yang dicuri oleh orang
untuk dijual di pasar gelap.
Di
bagian keenam, Nawal menceritakan perjalanannya ke Iran sebelum revolusi dan
bertemu dengan Jalal al-Ahmed yang merupakan penulis revolusioner. Saya
berharap memiliki kesempatan untuk membaca buku beliau. Disini, saya mengetahui
bagaimana seorang dictator, Shah, dengan menggunakan topeng agama dan berintrik
dengan Amerika Serikat telah menggerogi hak-hak rakyat Iran. Betapa kekayaan
hanya dimiliki oleh segelintir orang! Hal ini mengingatkan saya akan
slide-slide perkuliahan Hubungan Internasional di Timur-Tengah yang
diperlihatkan oleh Papap, dosen yang begitu energik. Slide-slide itu
menunjukkan foto-foto kekayaan Shah Iran yang begitu mewah. Bukankah mengerikan
untuk mati dalam keadaan meninggalkan begitu banyak harta ? Bukankah segala
kekayaan yang kita miliki akan ditanyakan nanti di alam kubur ?
Di
bab selanjutnya, Nawal menceritakan perjalanannya ke Negara yang ingin dan
tidak ingin saya kunjungi, India. Sebelum membaca tulisan ini, saya telah
sedikit banyak mengetahui India dari berita dan literature-literatur yang saya
baca. Dan tulisan Nawal tidak berbeda jauh dari ekspektasi saya mengenai India.
India adalah Negara yang penuh kontradiksi. Dengan kemajuan ekonomi, dan
kemajuan tingkat kemiskinan. Saya harus mengakui bahwa saya belum mengecek
mengenai tingkat kemiskinan dari tahun ke tahun di India. Akan tetapi, India
tetap sama. Nawal menerbitkan bukunya di tahun 1991, dan sekarang di tahun
2014, 13 tahun setalah itu masalahnya tetap sama. Hak-hak kaum perempuan yang
hilang, toilet yang kurang, permasalahan kasta, kemiskinan, kekayaan yang masih
dimiliki oleh segelintir orang, pengemis, agama, dan sebagainya. Jadi, menurut
saya hal yang paling menarik dari bagian ini adalah pendapat Nawal yang tidak
setuju akan kepercayaan terhadap suatu keyakinan yang berlebih-lebihan sampai
pada titik menyusahkan diri sendiri dan tidak masuk akal. Saya juga setuju dengan
ketidaksepahaman Nawal dengan ajaran Gandhi yang menolak secara pasif
ketidaksetaraan. Meski saya tidak membenci seluruh ajaran Gandhi, saya hanya
mengambil sebagian yang menurut saya positif dan meninggalkan yang tidak
sependapat dengan pemikiran saya.
Di
bab delapan, Nawal menceritakan pengalamannya ke Negara yang pernah saya
kunjungi, Thailand. Sayangnya, saya tidak tahu tentang yang dialami Nawal
ketika saya berkunjung ke Negara ini untuk mengikuti konferensi mahasiswa
se-ASEAN. Nawal menceritakan mengenai pelacuran yang disamarkan dengan panti
pijat dan pemuka agama yang selalu mengemis, yang tidak membedakan dirinya
dengan Tuhan. Di bab selanjutnya hingga bab terakhir (bab 11), Nawal
menceritakan mengenai pengalamannya di Afrika. Disini, ia menceritakan mengenai
sejarah para budak di Afrika. Hal ini membuat saya merenung. Bagaimana mungkin
manusia bisa sekejam itu ? Tapi disaat itu saya sadar bahwa saya tidak kalah
kejam dengan mereka. Ketika saudara-saudara saya di Afrika terkena ebola,
ketika saudara-saudara saya berperang dan mati di Palestina, ketika
saudara-saudara saya yang lain mengemis dan kelaparan, saya tidak melakukan apa
pun !!!!
Setelah
saya membaca buku Nawal ini, saya menyadari banyak hal. Saya menyadari bahwa
saya harus membaca lebih banyak lagi. Saya harus tahu lebih banyak lagi. Saya
harus menulis lebih banyak lagi. Saya harus berbuat lebih banyak lagi. Sehingga
saya bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya.