CERPEN 3
What an irony. Bukan hanya dia yang ada di
hadapanku sekarang, tapi juga diriku yang tak mampu untuk menghilangkan dirinya
dari hati, pun tak bisa menerimanya kembali. Mau apa ?
Dia tertawa menggelegar. Memalukan. Dan lucu.
Tapi apa yang dikatakannya setelah tawanya membuat hatiku menciut.
“Eh sorry, aku
balik duluan aja deh ya, kamu terusin aja sama temen-temen kamu.”
Tidak. Tidak boleh. Kamu tidak boleh balik,
aku masih ingin melihatmu menderita, menyesal karena meninggalkanku. Tidak
boleh.
“Gue
anter ya, ga baik cewek balik sendiri.”
Tidak.
Tidak boleh.
“Gapapa
kan bro ?”
Tidak. Tidak
boleh.
“Kalo
lo mau sih ya anter aja. Lagian rumahnya jauh juga, ngabisin bensin. Balik
sendiri aja sih non.”
Bukan,
bukan itu yang mau aku katakan.
“Hahaha,
iya gue bisa balik pake busway kok bi. Lo disini aja, masih banyak lagu asik
yang belum lo nyanyiin tu”
“Ga
asik kalo ga ada lo princess. Gapapa kok, lagian ga seru karaoke tanpa cewek.
Gue straight sejati, gue anter deh ya, gue juga lagi suntuk ini, ya sekalian
liat-liat keindahan kota Jakarta siang hari hahaha”
Ariana
melihat ke arahku seakan meminta persetujuan. Dan aku hanya melihatnya seakan
itu bukan urusanku sama sekali. Dan yang aku tahu, mereka telah meninggalkan
ruangan karaoke.
Mengapa
ini begitu cepat terjadi ? Aku tidak pernah merencanakan ini.
Baru
kemarin Ariana berhasil membujukku untuk menemaninya membeli kado untuk ibunya
yang berulang tahun. Dan lagi-lagi ia berhasil mengajakku untuk karaoke. Dan
dengan bodohnya aku mengajak teman-temanku kesini, tanpa mempertimbangkan
kemungkinan ini.