Telpon
Ring Ring Ring, telepon berdering. Ring Ring Ring, telepon berbunyi. Lalalala~
Yaps Yaps Yaps, kali ini saya akan menuliskan tulisan tak jelas lainnya mengenai telepon. Ah, betapa blog ini telah menjadi tempat saya bercurhat ria, dan hati pun mulai bertanya, siapakah pembaca setia nan aneh yang selalu membaca blog saya.
Saya suka menelpon orang. Sungguh aneh tapi nyataa~
Yups, saya suka menelpon orang. Dan orang yang paling sering saya telpon adalah sahabat terbaik saya, Dian Faramitha. Entah mengapa saya sampai sekarang selalu minta disemangatin oleh teman-teman saya. Terutama ya mba Dian ini. Bahkan saya pernah menelpon beliau sambil menangis sesegukan hanya karena saya terlampau stress mengerjakan skripsi, mungkin lebih tepatnya menunda mengerjakan skripsi. Dan kala itu yang dikatakan beliau adalah kerjain sekarang.
Nah, banyak orang lain yang saya telpon ketika saya stress. Karena beberapa orang sudah tidak lagi dekat dengan saya, maka saya akan menyebutkan nama Nay dan Heni (karena beliau berdua yang baru tadi saya telpon). Barusan saya menelpon Heni yang kebetulan sedang berada di kosan Nay. Dan kami sepakat bahwa hidup kami watir. Menyedihkannya, sebelum menelpon Heni, Yuk Arin menelpon saya dan mengamini bahwa hidup saya sekarang memang menyedihkan. HAHAHAHA.
Nay, Heni, dan Saya sedang berada dalam kehidupan yang terlihat watir di luar dan lebih watir di dalam. HAHAHAHAHA.
Yups, dan ternyata Nay bercerita bahwa blablabla (nanti beliau marah bila saya menuliskannya di blog). Dan saya bercerita blablabla. Dan Heni bercerita blablabla. Menyedihkan sekali.
Kami bertiga adalah contoh cewek modern yang menyedihkan. Benar-benar menyedihkan hingga saya tidak bisa menangis dan hanya bisa tertawa menggelegar. HHAHAHAHA.
Dan apakah yang ingin saya tuliskan sekarang ? Tidak ada. Hanya pernyataan bahwa saya senang menelpon orang. Aneh, sungguh aneh.
Dan pernyataan bahwa saya akan menerima nasihat Nay dan Heni. Kalian benar, ini menyedihkan, saatnya menyibukkan diri dengan hal yang bermanfaat.
Yaps Yaps Yaps, kali ini saya akan menuliskan tulisan tak jelas lainnya mengenai telepon. Ah, betapa blog ini telah menjadi tempat saya bercurhat ria, dan hati pun mulai bertanya, siapakah pembaca setia nan aneh yang selalu membaca blog saya.
Saya suka menelpon orang. Sungguh aneh tapi nyataa~
Yups, saya suka menelpon orang. Dan orang yang paling sering saya telpon adalah sahabat terbaik saya, Dian Faramitha. Entah mengapa saya sampai sekarang selalu minta disemangatin oleh teman-teman saya. Terutama ya mba Dian ini. Bahkan saya pernah menelpon beliau sambil menangis sesegukan hanya karena saya terlampau stress mengerjakan skripsi, mungkin lebih tepatnya menunda mengerjakan skripsi. Dan kala itu yang dikatakan beliau adalah kerjain sekarang.
Nah, banyak orang lain yang saya telpon ketika saya stress. Karena beberapa orang sudah tidak lagi dekat dengan saya, maka saya akan menyebutkan nama Nay dan Heni (karena beliau berdua yang baru tadi saya telpon). Barusan saya menelpon Heni yang kebetulan sedang berada di kosan Nay. Dan kami sepakat bahwa hidup kami watir. Menyedihkannya, sebelum menelpon Heni, Yuk Arin menelpon saya dan mengamini bahwa hidup saya sekarang memang menyedihkan. HAHAHAHA.
Nay, Heni, dan Saya sedang berada dalam kehidupan yang terlihat watir di luar dan lebih watir di dalam. HAHAHAHAHA.
Yups, dan ternyata Nay bercerita bahwa blablabla (nanti beliau marah bila saya menuliskannya di blog). Dan saya bercerita blablabla. Dan Heni bercerita blablabla. Menyedihkan sekali.
Kami bertiga adalah contoh cewek modern yang menyedihkan. Benar-benar menyedihkan hingga saya tidak bisa menangis dan hanya bisa tertawa menggelegar. HHAHAHAHA.
Dan apakah yang ingin saya tuliskan sekarang ? Tidak ada. Hanya pernyataan bahwa saya senang menelpon orang. Aneh, sungguh aneh.
Dan pernyataan bahwa saya akan menerima nasihat Nay dan Heni. Kalian benar, ini menyedihkan, saatnya menyibukkan diri dengan hal yang bermanfaat.