Senin, 18 Maret 2019

19 Maret 2019

Why do we hate people and How to stop feeling it

Entah akhir-akhir ini karena sedang dilanda ketidakstabilan emosi yang disebabkan oleh hormon-hormon kehamilan ataukah memang sejak dahulu kala seperti ini, saya menjadi seakan lebih mudah untuk tidak menyukai bahkan membenci orang lain. Saya bisa merasa terganggu hanya dengan hal-hal yang sangat sepele, layaknya melihat penampilan orang lain yang tidak rapi. Meski di lain sisi saya sangat menyadari bahwa kemungkinan besar akan ada orang lain yang juga merasa terganggu dengan penampilan saya, mengingat selera akan kerapian setiap manusia di bumi ini berbeda!


Iya berbeda. Perbedaan memang adalah hal yang menyenangkan, indah, menarik, dan hal positif lainnya yang dapat disematkan di dalamnya. Namun bagaikan koin yang memiliki dua sisi, perbedaan juga memiliki banyak sisi negatif, terutama untuk jiwa-jiwa yang belum dewasa, yang belum mengerti sepenuhnya keistimewaan dari perbedaan, sehingga alih-alih senang, seringkali rasa jengkel yang datang menyelimuti.


Ketidakdewasaan ini dapat menyebabkan banyak hal, mulai dari hal sepele layaknya hati yang merasa sangat jengkel tapi tetap tidak melakukan apa pun, bahkan sampai ke yang ekstrim layaknya kejadian terror penembakan Masjid Cristchurch di New Zealand pada 15 Maret 2019 lalu. Mengerikan ? Iya.


Ketidakdewasaan yang mengerikan ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan pendidikan, terutama mengenai bagaimana caranya bersikap terhadap orang lain. Saya adalah anak di zaman 90-an yang semasa SD-nya masih memiliki pelajaran Budi Pekerti. Dahulu buku dan guru mengajari saya bahwa kepentingan orang lain harus lebih didahulukan daripada kepentingan sendiri. Tidak boleh mengganggu orang lain, serta harus selalu menghormati orang lain. Tapi sekarang sepertinya hal ini bergeser, alih-alih hormati dan dahulukan orang lain, tagline-nya berubah menjadi “terserah gue dong”, “bodo amat”, “yang penting gue seneng”, “jadi diri lo sendiri”, dan banyak hal lainnya yang terkesan tidak peduli dengan keadaan sekitar. Padahal budaya seperti ini adalah budaya yang membuat kita merasa kesepian, mengapa ?


“Terserah gue dong”, “bodo amat”, “yang penting gue seneng”, “jadi diri lo sendiri”, dan banyak hal lainnya yang terkesan tidak peduli dengan keadaan sekitar.


Sering ga sih denger orang bilang, yah TERSERAH GUE DONG, hidup-hidup gue, ngapain lo yang ribet ? Saya dan dengan ketidakdewasaan saya sangat jengkel dengan hal ini, pun saya sadar bahwa saya juga termasuk ke dalam salah satunya. Begini, ini memang hidup anda, dan anda boleh melakukan hal apa-pun terhadapnya, asalkan anda tidak merusak/mendzalimi diri anda sendiri dan orang lain.


Yang mudah dulu yah, tidak mendzalimi orang lain. Hidup ini tentu saja tidak hitam dan putih, tapi berwarna, ada banyak sekali warna. Karena warna-warna ini lah, seringkali berbagai hal di dunia ini memiliki sisi positif dan negatifnya masing-masing. Dan kita sebagai manusia yang berakal dan berpikir, dituntut untuk mengevaluasi berbagai hal, menimbang apakah hal yang akan kita lakukan lebih banyak positifnya atau negatifnya.

Contoh paling sederhana adalah merokok. Perokok memiliki banyak dalih positif mengenai tindakannya, entah itu membantu pemasukan negara dengan pajak, pun bahkan rokok dapat membantunya dalam berpikir dan bergaul. Di lain sisi, perokok sangat merugikan orang lain, mengingat perokok pasif akan lebih berbahaya dibandingkan dengan perokok aktif. Apalagi dengan perokok-perokok yang sangat amat dzalim, seperti :
  •       Perokok dzalim yang merokok saat mengendarai sepeda motor. Bayangkan orang-orang yang sudah harus bermacetan di jalan, harus berdamai pula dengan asap rokok bau yang mereka keluarkan. Belum lagi puntung rokok yang mereka buang seringkali mengenai tangan pengendara motor lainnya. Dzalim, sangat dzalim.
  •      Perokok dzalim yang merokok sambil berjalan. Tahukah anda bahwa ada orang-orang hamil seperti saya yang bahkan mencium bau parfum saja bisa mual, bagaimana dengan bau rokok anda ? Itu sangat menjijikan. Belum lagi hal buruk yang disebabkan rokok.

Contoh ini sangat amat merugikan orang lain. Dan bagaimana bisa anda tidak peduli dengan keburukan dan kezaliman yang anda lakukan terhadap orang lain ? Mengapa ? Bukankah sedari kecil kita diajari untuk tidak memukul orang lain karena ketika dipukul rasanya menyakitkan ? Apakah masih dilakukan karena anda tidak dapat merasakan penderitaan orang lain yang merasakannya ?


Yah, bisa dengan alasan terakhir. Bagi perokok, merokok nikmat, bagi yang tidak dan ingin sehat, merokok menjijikkan. Karena manusia memang seringkali berpikir mengenai diri mereka sendiri, tanpa mempedulikan penderitaan orang lain.


Bahkan merokok akan mendzalimi dirinya sendiri, karena itu akan merusak kesehatannya bukan ? Bukankah itu sudah jelas ditulis di setiap bungkus rokok, MEROKOK MEMBUNUHMU ! Tapi bagi perokok, tagline mereka adalah “BODO AMAT”.


YANG PENTING GUE SENENG”. Walau itu Cuma sesaat. Percaya sama saya, hal-hal yang dilakukan dengan kesenangan-kesenangan di awal, seringkali berakhir dengan kesulitan-kesulitan di akhir. Bukan hanya merokok, tapi juga hal-hal buruk dan zalim yang seringkali kita lakukan ke diri kita sendiri dan orang lain. Kenapa ? Karena manusia adalah makhluk sempurna, ia punya akal, hati, dan hawa nafsu. Ketiga hal ini harus berimbang, untuk menciptakan kehidupan yang berimbang juga.
Percaya sama saya, fitrah manusia itu adalah untuk beribadah kepada Allah swt bagi yang mengimani Islam. Dan bagi seluruh umat manusia, fitrah kita adalah membuat kebaikan di dunia. Itulah mengapa seringkali ketika kita berbuat kebaikan kepada orang lain pun kepada diri sendiri, rasa hampa di hati akan berkurang dan terus berkurang.


Dan itu dilakukan bukan dengan JADI DIRI LO SENDIRI tanpa merubah dirimu ke arah yang lebih baik. Sama sekali bukan. Pemahaman akan kedewasaan adalah pemahaman yang akan kita pelajari seumur hidup kita. Dan karena pembelajaran tanpa henti itu lah yang membuat hidup kita menarik, karena setiap detiknya kita belajar, dan dengan bertambahnya pengetahuan dan pengalaman tersebut, kita tidak akan pernah menjadi orang yang sama dengan diri kita tanpa pengetahuan. Karena kehampaan hati hanya akan dirasakan ketika kita tidak maju, tapi diam. Seperti yang dinyatakan oleh Cairil Anwar dengan lantang dalam puisinya yang berjudul “Aku” – ketika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak.


Ingatlah, detak jam dinding hanya bisa kau rasakan saat kau diam, bukan maju. Maka fokuskan diri kita untuk menimba ilmu pengetahuan dan pendidikan terutama mengenai bagaimana caranya bersikap terhadap orang lain, agar kita dewasa. 


Karena ketika kita dewasa, alih-alih berpikir “terserah gue dong”, “bodo amat”, “yang penting gue seneng”, “jadi diri lo sendiri”, dan banyak hal lainnya yang terkesan tidak peduli dengan keadaan sekitar, kita akan lebih berpikir kepada, “bagaimana caranya supaya saya dapat bermanfaat bagi sesama?”

putrinuril . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates