Ketika Terdampar di Soeta Menungggu Singa

Ketika Terdampar di Soeta Menungggu Singa

Posted by Unknown on 04.45 in

Setiap kali gue mau balik ke palembang, pasti gue ke soeta dulu, dan tau ga saudara-saudara sekalian, naik travel ke soeta itu lebih capek setengah mati daripada naik pesawat ke palembang. Belum lagi untuk mengantisipasi kemacetan yang ganas di jakarta, jadi harus pergi lebih awal. Tapi kali ini gue bener-bener keawalan.

Bayangin,pesawat gue jam 9 malem, dan untuk mengantisipasi kemacetan, gue udah mesen travel jam 1 siang. Tapi, sih travel malah jemput gue jam 11 siang coba. Sumpah gue tadi stress berat. Dan sekarang gue lagi terdsmpar di solaria menunggu pesawat gue yang jam 9 malem. Ah, menyedihkan emang. Dan kepala gue terasa berat banget. Pusinh, gue pusing banget. Bayangin, perjalanan dari nangor ke soeta tadi 5 jam coba, karena ada pejabat yang lewat, gimanaaaaaaa gaaaaaa pusiiiiiiiiiiiiiiiiiinggggg ??

Gue pusing banget, udah gatau lagi deh ini..

Ya Rabb, hamba mohon kuatkanlah hambaaaaaaa.

Aamiiiiiin

Continue Reading

Sertifikasi Guru

Sertifikasi Guru

Posted by Unknown on 06.10 in analisis :), this is my daily life :)),

Sertifikasi guru. Apakah di antara kalian ada yang tidak mengetahui apa itu sertifikasi untuk guru ? Sebelum membahas lebih lanjut mengenai sertifikasi guru, saya akan mengulas sedikit mengenai hal ini. Sertifikasi guru adalah penghargaan yang diberikan kepada guru PNS berupa gaji tambahan sebesar gaji pokok jika sang guru telah melengkapi beberapa persyaratan tertentu. Disini, saya hanya akan menuliskan pendapat seorang anak PNS Guru, jadi untuk mengetahui lebih lanjut mengenai sertifikasi guru dan segala hal yang berkaitan dengan kebijakan itu (dalam segi politik, ekonomi, maupun budaya, silahkan cari di dalam referensi lain di google. Atau InsyAllah saya akan menuliskannya di dalam postingan di wordpress saya (putrinuril.wordpress.com)).

Sebagai anak dari ayah dan ibu PNS yang kebetulan beliau adalah guru, saya merasakan pahit manis menjadi anak beliau-beliau yang saya hormati ini. Pernakah kalian mendengar lagu 'Umar Bakri'-nya Iwan Fals ? Apabila kalian pernah mendengar lagu tersebut dan bahkan hafal beberapa liriknya, maka anda akan sangat menyadari seberapa sederhananya kehidupan seorang guru. Dan itu memang benar adanya. Sedari kecil, saya sangat terbiasa hidup dalam kesederhanaan. Tidak ada yang namanya makan keluarga di luar atau pun rekreasi keluarga dengan menggunakan mobil pribadi. Tidak ada. Dari dulu, kami sekeluarga terbiasa menghabiskan waktu yang hangat bersama di rumah, meskipun itu di hari sabtu atau minggu. Beli baju pun terbiasa ketika lebaran tiba. Lauk akan kami bagi bersama. Sangat sederhana, tidak kekurangan, namun juga tidak berlebihan. Abi saya yang merupakan seorang dosen 'hanya' menggunakan Vespa meskipun banyak dari mahasiswanya yang menggunakan kendaraan yang lebih 'bergengsi' seperti bebek atau bahkan mobil. Kesederhanaan guru begitu tersasa di keluarga kami, dan saya bahagia akan hal itu.

Akan tetapi, bukan berarti guru tidak memerlukan uang. Guru juga memiliki keluarga. Dan sertifikasi sangat membantu keluarga kami. Menurut saya, sertifikasi adalah penghargaan yang sangat berharga untuk keluarga guru dan memang sudah seharusnya seperti itu.
Ada seorang teman saya yang menyatakan bahwa sertifikasi pada guru itu tidak tepat, hal itu menjadikan predikat 'guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa luntur'. Bagaimana bisa ia mengatakan hal yang seperti itu ?  Baiklah, mungkin saya sedikit sensitif karena keluarga saya yang berlatarbelakang guru. Akan tetapi, apabila kita tinjau lebih dalam, sertifikasi sama sekali tidak memengaruhi predikat itu. Lagipula, sertifikasi membuat para guru terbantu secara finansial, dan bukannya menjadikan mereka sebagai jutawan. Hal ini adalah hal yang wajar untuk menghargai apa yang telah mereka lakukan.

Selain itu, adanya sertifikasi ini memacu para guru untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Untuk mendapatkan sertifikasi, dibutuhkan beberapa persyaratan. Diantaranya adalah jam mengajar yang disyaratkan. Dengan adanya hal ini, maka keefektifan dan keefisienan belajar mengajar akan meningkat. Baiklah, sebelum anda bertanya mengenai keikhlasan, akan saya jelaskan terlebih dahulu.
Mengenai keihklasan, tentu saja yang bisa mengukurnya adalah Allah SWT. Apakah dengan gaji yang kecil maka guru dikatakan sudah ikhlas ? Belum tentu. Tapi, dengan gaji yang sesuai, maka ia menyadari untuk lebih melakukan kewajibannya.
Disini, dengan adanya sertifikasi, banyak orang yang tertarik untuk berprofesi sebagai seorang guru. Tentu saja ini adalah hal yang baik. Dengan banyaknya kompetisi, maka yang akan tersaring adalah orang-orang pilihan.

Yang lebih penting yang harus kita sadari adalah guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa diakui bukan karena gajinya yang kecil tapi ia memiliki jasa yang besar, akan tetapi ialah orang yang mengajarkan kita ilmu dan budi pekerti yang luhur yang sangat berharga. Bahkan untuk memberikan itu mereka tidak mengharapkan imbalan terimakasih dan bahkan tersenyum bangga melihat keberhasilan kita. Dan tentang gaji yang mereka dapatkan ? Itu untuk menghidupi keluarga mereka. Mereka juga manusia bukan ?

Continue Reading

Ketika UAS Udah Besok Ajah

Ketika UAS Udah Besok Ajah

Posted by Unknown on 05.58 in this is my daily life :)),

Yuhuuuu pembacah blog kuh yang setiah, bertemu lagi dengan tulisan sayah yang ga jelas dan gejeh abish. (Bagaimana kalo kita hentikan kealayan ini ?)
Well, hari ini adalah hari yang biasa aja. Dihabiskan dengan makan siang bersama Gina Azriana, teman seangkatan saya di HI Unpad, mencuci baju dan piring, serta berlulur ria. Meski terlihat seperti hari minggu, sebenarnya hari ini adalah hari senin. Hari senin yang biasanya super sibuk, dikarenakan UAS yang diundur menjadi hari rabu, maka saya tidak belajar sama sekali dan hanya mengendap di rumah. Padahal, besok ada UAS Statistika Sosial. Tapi permisah, saya memang terbiasa untuk belajar pada subuh, sekitar jam 3an. So, what is the topic of this writing ? Well, kali ini gue mau nulis tentang kehidupan gue yang mulai hilang arah.

Kehidupan gue hilang arah. Gue juga kurang jelas alasannya, tapi mungkin hal ini dikarenakan idealisme gue yang mulai berubah. Gue inget banget, dari SD sampe awal-awal gue kuliah, cita-cita gue adalah menegakkan keadilan dan menghapuskan korupsi yang merajalela khususnya di Indonesia. Dari kecil gue udah muak banget dengan yang namanya ketidakadilan. Tapi sekarang idealisme gue mulai goyah. Gue mulai 'memaklumi' hal-hal yang dulu sangat gue tentang keras. Apa yang gue maklumi ? Banyak. Banyak banget. Ga bisa gue sebutin satu-satu, tapi gue bener-bener udah berubah, dan sayangnya ke arah yang lebih buruk.

Gue yang dulu, meski bukan orang baik, selalu berusaha untuk menjadi orang baik. Gue selalu berusaha. Meski dalem usaha gue banyak banget halangan dan rintangan yang menghadang. Gue yang sekarang memandang gue yang dulu adalah orang yang baik. Gimana ngga, gue yang dulu adalah anak ingusan yang berusaha untuk berbuat baik dengan orang lain. Ga peduli seberapa capeknya gue yang sekolah dan langsung les sampe balik ke rumah sore banget, kalo ada ibu-ibu di bus yang ga dapet tempat duduk, gue pasti langsung milih berdiri dan ngasih tempat duduk gue ke ibu itu, ga peduli seberapa capek dan beratnya tas gue, ga peduli seberapa ramenya bus itu sampe gue sendiri rasanya limbung banget. Tapi sayangnya itu gue yang dulu. Gue yang sekarang ? Bahkan dalem Damri yang jelas-jelas ber-AC dan gunain jalan tol pun, gue masih tetep tidur di bangku gue tanpa peduli meski liat ibu-ibu yang harus berdiri.

Ya. Gue emang udah berubah. Dari Ulil yang selalu bilang pengen jadi orang baik, jadi Ulil yang ga pengen jadi orang baik. Dari Ulil yang prinsip hidupnya peduli dengan orang lain, jadi Ulil yang cuma peduli dengan diri sendiri dan ga peduli dengan orang lain. Dan itu yang ngebuat hidup gue bener-bener kacau sekarang. Rasanya kayak ga ada lagi yang harus gue kejer. Rasanya cuma diri gue sendiri yang penting dan ini ngebuat gue bener-bener mati.

Gue ga bermaksud lebai. Mungkin emang dari dasarnya diri gue yang lebai, tapi gue ga bermaksud melebih-lebihkan hal ini. Tapi, gue emang udah berubah. Gue ga peduli dengan jadi orang baik. Sebenernya udah ga ada lagi yang gue peduliin. Gue juga ga tahu kenapa. Gue ga tahu. Tapi mungkin juga gue tahu. Hah ! Gue tahu!

Ini dimulai dari perkuliahan gue. Well, gue ngerasa kalo kuliah gue bener-bener ada yang salah. Dosen yang cuma masuk dua kali dalam satu semester. Apa kalian berpikir bahwa ga ada yang salah dari itu ? Dosen yang ngasih nilai super random. Keadaan ini ngebuat gue bener-bener down dan berpikir buat apa belajar? Toh ga dihargain. Ini juga yang ngebuat gue tambah down, karena gue ga melakukan apa pun untuk merubah keadaan ini. Gue terlalu malas, terlalu tidak peduli, dan terlalu pengecut untuk mengubah keadaan. Toh gue tetep absen kalo dosennya ga masuk. Hal ini gue lakuin karena kepengecutan gue yang ga mau kena masalah dari dosen kalo cuma gue sendiri mahasiswa yang ga absen.

Bukan cuma masalah dosen, organisasi pun gue bermasalah. Keuangan organisasi yang gue ikutin kebanyakan dibuat-buat. Gue hancur sendiri karena ini. Gue yang paling benci dengan yang namanya korupsi malah jadi bagian dari koruptor itu sendiri. Ga itu aja, demo yang gue lakuin bukan buat rakyat. Apanya yang   buat rakyat kalo ternyata gue sendiri tidak mengkaji secara mendalam mengenai kenaikan BBM dan sibuk turun ke jalan menentang tanpa ada alasan yang jelas dan pada akhirnya hanya dijadikan bidak oleh kelompok kepentingan tertentu. Gue sakit dengan organisasi keagamaan yang merasa bahwa dirinya paling baik dan akhirnya malah ngebuat orang lain jadi 'males' dengan agamanya sendiri. Gue capek. Gue capek karena lingkungan gue berubah drastis dan justru gue terbawa arus.

Gue capek karena gue baru tahu sedikit. Gue kesel karena gue lemah. Gue benci karena gue tahu gue bodoh dan ga bisa berbuat apa-apa. Dan ini malah ngubah gue ke arah keapatisan. Lo bego lil. Lo bener-bener bego!

Gue tahu, kalo seberapa pun kecapekan yang gue rasain sekarang seharusnya ngemacu gue ke arah yang lebih baik. Tapi, setiap kali gue berusaha untuk bangkit dan mencoba, gue selalu gagal. Gue mau ikut AMINEF, administrasinya aja gue ga lulus. Gue ikut ajou, gagal 2 kali di tahap  terakhir. Gue ikut beasiswa Djarum, bahkan psikotesnya aja gue ga lulus. (HAH! Gue yang selalu nentang keras rokok malah ikut beasiswa rokok! ha ha). Gue dipenuhi kegagalan. Bahkan bisnis yang gue mulai sekarang dengan temen gue, malah jalan ditempat (tapi gue ga bakal nyerah tentang ini).

Ya. Gue emang udah berubah jadi apatis. Jadi Ulil yang ga pengen jadi orang baik dan Ulil yang ga peduli. Ga ada yang salah. Tapi gue sekarang mau berubah lagi. Gue mau jadi Ulil yang kayak dulu, yang berusaha baik dan peduli, tapi gue tetep mau jadi Ulil yang sekarang, yang ga pengen jadi orang baik kalo baik berarti melenceng dari kebenaran (Inget yang benar yang penting, benar mutlak, baik relatif), dan ga mau peduli kalo memang itu justru menjerumuskan. Dan tentunya, gue mau jadi Ulil yang ga mudah nyerah, yang terus nyoba, yang berusaha sebaik mungkin, Ulil yang punya cita-cita tinggi, dan yang terpenting, gue mau jadi hamba ALLAH SWT yang melakukan perintahnya dan menjauhi larangannya.
Semoga gue bisa. Aamiiin.

Continue Reading