Rabu, 29 Juni 2016

30 Juni 2016

Saat ini saya akan menceritakan hal yang sangat sepele, akan tetapi selalu menjadi trending topic di dalam hidup saya, yaitu Cinta. Ini bukan Cintanya Rangga, melainkan kata kerja (atau benda) yang selalu mengusik diri saya. Sejak dahulu kala, mulai dari memori saya dimulai.

Sebelumnya mari kita persempit kata cinta yang akan saya gunakan disini. Ini bukanlah cinta dalam artian luas, melainkan artian sempit, dimana ada rasa yang berbeda yang saya rasakan terhadap lawan jenis saya.

Saya sering jatuh cinta. Karenanya saya mengkategorikan diri saya sebagai orang yang mudah jatuh cinta. Apakah ini adalah hal yang buruk ? Bisa jadi. Saya mudah bosan dan berpindah rasa, tapi kancil yang paling pandai sekali pun pasti pernah terjatuh. Pernah saya jatuh terlalu dalam pada seseorang yang sayangnya salah.

Ini terjadi ketika saya kuliah. Dia datang di saat yang sangat tepat. Ketika saya tak kunjung sudah membuat skripsi, kesepian, dan ingin melarikan diri. Ia datang bak penyelamat, pahlawan-pahlawan yang sering kali saya tonton di film. Saya jatuh cinta begitu saja, tanpa kehati-hatian, tanpa tameng, tanpa tali penyelamat. Saya suka rela menjatuhkan diri saya ke dalam tebing yang bahkan ujungnya tidak dapat saya lihat.

Dan saya terbang tentu saja. Bukankah orang bodoh yang suka rela melompat dari ketinggian tebing tanpa alat keselamatan akan merasakan sensasi terbang meski hanya sesaat ? Itu lah yang saya rasakan. Saya sangat bahagia ! Itu adalah saat paling bahagia di dalam hidup saya. Saya merasa seperti sedang di atas awan, saya merasa tak ada gravitasi yang menarik saya ke bumi, saya terbang ! Saya mengerjakan skripsi saya dengan sangat cepat. Hanya butuh waktu dua minggu untuk saya seminar dihitung sejak awal saya membuat skripsi. Saya ingin cepat-cepat menyelesaikan skripsi dan pergi ke Palembang untuk bertemu dia. Karena saat itu saya sedang mabuk kepayang. Saya bahkan membuat buku diari kecil yang seluruhnya berisi tentang Dia, yang saya ingin beri kepadanya ketika kami bertemu. Saya segila itu.

Tapi sensasi terbang tidak akan dirasakan selamanya. Itu hanya sesaat. Hubungan pacaran alay kami berakhir tidak lebih dari dua bulan. Lucu sekali mengingat betapa saya mencurahkan segala rasa yang saya miliki kepadanya dan dia dengan mudahnya berkhianat dan meninggalkan saya. Lucu. Dan memalukan.

500 Days of Summer. Tokoh utama pria dalam film itu adalah saya. Ketika jatuh cinta, dan ketika patah hati. Itu benar-benar seperti yang saya rasakan. Dan ironisnya, pertama kali saya menonton film tersebut, saya berpikir bahwa pria itu terlalu lebay, sutradara yang lebay, dan film yang lebay. Dan akhirnya itu terjadi dalam diri saya. Dan ketika itu terjadi pada dirimu sendiri, tak ada satu pun yang terasa berlebihan.

Saya patah hati. Dan lucunya saya tetap berusaha untuk melakukan kegiatan saya seperti biasa. Hanya saja itu seperti film hitam putih yang terlihat seperti hanya bergerak saja. Kau tahu film-film hitam putih yang tanpa suara dan hanya memperlihatkan kereta berjalan, orang berlalu-lalang, aktivitas tanpa henti tanpa emosi ? Itu yang saya lakukan. Saya incapable to feel anything, I couldn’t even cry. Dan saya masih menunggu. Itu karena saya masih menunggu. Menunggu dia menghubungi saya dan mengatakan bahwa semua itu hanya salah paham. Saya menghitung hari demi hari, dan meyakinkan diri saya bahwa dia sudah pergi. Tapi kau tahu, hati selalu berjalan sendiri.

Banyak yang saya capai ketika saya patah hati. Saya ikut tes pln dan saya lulus. Kau tahu, itu karena dia. Karena saya melakukan apa pun yang saya harus lakukan tanpa berpikir. Saya ke Jakarta dan memulai penelitian saya sambil mendaftar di pln. Saat itu saya masih ingin dia kembali. Dan seluruhnya kacau ketika akhirnya dia benar-benar memulai hubungan dengan wanita itu. Ah, lucu sekali.

Hal yang sangat saya syukuri adalah di saat saya mengetahui fakta menyedihkan itu, saya sedang bersama Winda teman saya. Karena kalau tidak saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan. Dan saya meminta beliau menemani saya memotong rambut. Lucu sekali, saya kira dengan memotong rambut bisa membuat saya melupakan dia. Tapi hal yang patut disyukuri adalah sejak saat itu, saya berhenti menunggu.

Pengalaman pahit ini benar-benar telah merubah cara saya berpikir. Dahulu, saya adalah orang yang akan percaya dengan apa pun yang orang katakan. Pernah ketika masa menunggu pengumuman SNMPTN, teman saya mengatakan kepada saya bahwa IPB berganti nama. Sebelumnya P dari IPB adalah pertanian, dan sekarang P tersebut telah berganti menjadi Perternakan. Dan dengan polosnya saya percaya dan menyebarkan informasi itu ke teman saya di Hubungan Internasional. Sudah bisa ditebak hasilnya, saya dibegoin. Selain itu, saya juga adalah orang yang akan menyalahkan diri saya sendiri bila terjadi masalah tak peduli apa. Sekarang ? Saya adalah orang yang tidak mudah percaya dan tak akan mudah menyalahkan diri saya sendiri.

Sekarang saya bisa melihat seluruh keburukan yang dia miliki dan benar-benar buta terhadap kelebihannya. Saya membencinya. Dan tak dapat dipungkiri, ada perasaan dalam hati saya yang menginginkan penderitaannya. Tapi apakah dia pantas menerima kebencian saya ? Tidak. Dia tidak pantas menerima emosi apa pun oleh saya. Sama sekali tidak.

Dan kau tahu apa yang pantas ? MENGHAPUS MEMORI TENTANG DIA DI DALAM HIDUP SAYA. Dia harus menjadi orang yang sama sekali tidak penting dalam diri saya. Seorang yang akan saya ingat sambil lalu tanpa emosi. Yang ketika tak sengaja teringat atau bertemu, hanya saya anggap sebagai kenalan tak berarti. Itu yang pantas baginya. Dan dia tak pantas saya ingat-ingat. Sumpah demi Allah, saya sangat takut menjadikan dia motivasi saya untuk menjadi lebih baik. Saya berlindung kepada Allah dari ingatan tentangnya. Saya berlindung kepada Allah dari kebencian. Karena saya tak ingin luka, pun melukai orang lain. Karena saya ingin menjadi seorang yang lebih baik, muslim yang bermanfaat bagi sesama.

Dan ayolah diriku, ada banyak hal penting di dunia ini. Mulailah diriku untuk mendekatkan diri kepada Allah, membaca banyak buku, menulis, dan bermanfaat bagi orang lain. Karena cinta hanyalah cobaan, karena jodoh telah ditulis oleh Allah di kitabNya. Dan yang harus kau lakukan adalah terus memperbaiki dirimu dan terus berikhtiar. Ayo berusaha diriku J


P.S : Saya pacaran jarak jauh, jadi tidak ada yang namanya skinship alias pegang-pegangan atau apa pun itu. Saya tetap menjaga diri saya tak peduli apa. Karena saya punya agama dan prinsip. Ya meski Islam melarang pacaran sih.. Astaghfirullah.
Saya tidak mau pacaran mulai sekarang, insyaAllah.

putrinuril . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates