Sabtu, 27 September 2014

Buku 1
Perjalananku Mengelilingi Dunia : Catatan Perjalanan Seorang Penulis Feminis
Nawal El Sadaawi, Penerjemah : Hermoyo. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta 2006
            Dalam buku ini, Nawal menceritakan pengalamannya keliling dunia. Sangat indah sejujurnya. Kisah Nawal mengingatkan saya kembali akan masa-masa kecil saya, mengingatkan saya juga akan Negara pertama yang saya kunjungi, Thailand. Benar apa yang dikatakan oleh Nawal, ketika kita berada jauh dari tanah air, maka jelaslah pula keadaan tanah air yang sebenarnya di mata kita. Perbandingan akan selalu memberikan kita pengalaman yang lebih baik. Sesuatu yang baru, baik itu tempat yang baru dan orang-orang yang baru akan memperkaya pemahaman kita akan banyak hal. Terutama disini, dalam buku ini, Nawal menjelaskan betapa pengalaman yang baru tersebut telah membuka matanya akan banyak hal, baik itu tentang ketidakadilan, kemiskinan, serta kurang bahkan hilangnya hak-hak kaum perempuan.
            Bagian pertama buku ini menceritakan pengalaman pertama Nawal pergi ke luar negeri dengan diceritakan pula masa kanak-kanak Nawal. Membaca ini banyak mengingatkan diri saya tentang diri sendiri, tentang ayah dan ibu saya, tentang keluarga saya. Bagian ke dua buku ini berjudul ‘Separuh dunia yang lain’. Nawal menceritakan pengalamannya ke Eropa dan Amerika Serikat. Saya iri. Sedangkan bagian ketiga buku ini, Nawal menceritakan pengalamannya di Jordan. Ketika itu sedang perang, dan banyak yang terluka parah. Hal ini mengingatkan saya akan kebodohan diri beberapa tahun yang lalu. Ketika itu sedang dalam kegiatan belajar mengajar Islam dalam Hubungan Internasional. Dosen saya, bu Deasy menanyakan kepada mahasiswa apa yang harus dilakukan oleh Indonesia terhadap Malaysia yang telah banyak mencaplok tidak hanya budaya, tapi juga tanah territorial Indonesia. Saat itu saya dengan percaya diri menjawab seharusnya Indonesia mengambil tindakan tegas, perang bila perlu. Saya lupa, bahwa perang akan mengambil ayah saya, kakak laki-laki saya, pendidikan saya, kehidupan nyaman yang saya rasakan, dan menggantinya dengan bau kematian dan intervensi asing yang merajalela. Saya malu dengan pemikiran saya kala itu dan menyadari bahwa saya harus membaca lebih banyak lagi untuk membentuk pemahaman yang lebih baik mengenai kehidupan.
            Di bagian keempat, Nawal menceritakan pengalamannya pergi ke Helsinki untuk menghadiri konferensi kaum perempuan. Helsinki terletak di Kutub Utara yang biasa disebut Skandinavia. Disini Nawal menceritakan pengalamannya bertemu dengan perempuan-perempuan hebat dari seluruh dunia. Hal yang paling menarik adalah adanya seorang gerilyawati Vietnam bernama Wanto Anto yang ikut berperang dan telah membunuh berpuluh-puluh orang. Hal ini membuktikan kepada diri saya bahwa sikap feminitas yang ditujukan kepada perempuan tidaklah sepenuhnya benar. Entah itu laki-laki atau pun perempuan, memiliki potensi kebaikan dan kejahatan yang sama. Dan yang tidak kalah menarik adalah Valentina, seorang wanita pertama di dunia yang terbang ke luar angkasa dan ia berasal dari Uni Soviet ! Tapi saya bertanya-tanya, benarkah ia ke luar angkasa mengingat Niel Amstrong saja dikabarkan tidak benar-benar mendarat di bulan ?
            Di bab selanjutnya Nawal menceritakan pengalaman pertamanya pergi ke Uni Soviet. Hal yang mengejutkan saya adalah betapa hak-hak perempuan telah banyak diberikan di Negara ini,  betapa Lenin dipuja (mayat Lenin dibalsem dan dipamerkan di museum), dan betapa Uni Soviet menghargai sejarah dengan banyaknya museum disana. Saya jadi teringat dengan museum-museum di Indonesia yang tidak hanya tidak diminati oleh masyarakat tapi juga perawatan dan penjagaan yang buruk sampai-sampai banyak yang dicuri oleh orang untuk dijual di pasar gelap.
            Di bagian keenam, Nawal menceritakan perjalanannya ke Iran sebelum revolusi dan bertemu dengan Jalal al-Ahmed yang merupakan penulis revolusioner. Saya berharap memiliki kesempatan untuk membaca buku beliau. Disini, saya mengetahui bagaimana seorang dictator, Shah, dengan menggunakan topeng agama dan berintrik dengan Amerika Serikat telah menggerogi hak-hak rakyat Iran. Betapa kekayaan hanya dimiliki oleh segelintir orang! Hal ini mengingatkan saya akan slide-slide perkuliahan Hubungan Internasional di Timur-Tengah yang diperlihatkan oleh Papap, dosen yang begitu energik. Slide-slide itu menunjukkan foto-foto kekayaan Shah Iran yang begitu mewah. Bukankah mengerikan untuk mati dalam keadaan meninggalkan begitu banyak harta ? Bukankah segala kekayaan yang kita miliki akan ditanyakan nanti di alam kubur ?
            Di bab selanjutnya, Nawal menceritakan perjalanannya ke Negara yang ingin dan tidak ingin saya kunjungi, India. Sebelum membaca tulisan ini, saya telah sedikit banyak mengetahui India dari berita dan literature-literatur yang saya baca. Dan tulisan Nawal tidak berbeda jauh dari ekspektasi saya mengenai India. India adalah Negara yang penuh kontradiksi. Dengan kemajuan ekonomi, dan kemajuan tingkat kemiskinan. Saya harus mengakui bahwa saya belum mengecek mengenai tingkat kemiskinan dari tahun ke tahun di India. Akan tetapi, India tetap sama. Nawal menerbitkan bukunya di tahun 1991, dan sekarang di tahun 2014, 13 tahun setalah itu masalahnya tetap sama. Hak-hak kaum perempuan yang hilang, toilet yang kurang, permasalahan kasta, kemiskinan, kekayaan yang masih dimiliki oleh segelintir orang, pengemis, agama, dan sebagainya. Jadi, menurut saya hal yang paling menarik dari bagian ini adalah pendapat Nawal yang tidak setuju akan kepercayaan terhadap suatu keyakinan yang berlebih-lebihan sampai pada titik menyusahkan diri sendiri dan tidak masuk akal. Saya juga setuju dengan ketidaksepahaman Nawal dengan ajaran Gandhi yang menolak secara pasif ketidaksetaraan. Meski saya tidak membenci seluruh ajaran Gandhi, saya hanya mengambil sebagian yang menurut saya positif dan meninggalkan yang tidak sependapat dengan pemikiran saya.
            Di bab delapan, Nawal menceritakan pengalamannya ke Negara yang pernah saya kunjungi, Thailand. Sayangnya, saya tidak tahu tentang yang dialami Nawal ketika saya berkunjung ke Negara ini untuk mengikuti konferensi mahasiswa se-ASEAN. Nawal menceritakan mengenai pelacuran yang disamarkan dengan panti pijat dan pemuka agama yang selalu mengemis, yang tidak membedakan dirinya dengan Tuhan. Di bab selanjutnya hingga bab terakhir (bab 11), Nawal menceritakan mengenai pengalamannya di Afrika. Disini, ia menceritakan mengenai sejarah para budak di Afrika. Hal ini membuat saya merenung. Bagaimana mungkin manusia bisa sekejam itu ? Tapi disaat itu saya sadar bahwa saya tidak kalah kejam dengan mereka. Ketika saudara-saudara saya di Afrika terkena ebola, ketika saudara-saudara saya berperang dan mati di Palestina, ketika saudara-saudara saya yang lain mengemis dan kelaparan, saya tidak melakukan apa pun !!!!

            Setelah saya membaca buku Nawal ini, saya menyadari banyak hal. Saya menyadari bahwa saya harus membaca lebih banyak lagi. Saya harus tahu lebih banyak lagi. Saya harus menulis lebih banyak lagi. Saya harus berbuat lebih banyak lagi. Sehingga saya bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya.

putrinuril . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates