Kamis, 04 Februari 2016

Saya seharusnya menuliskan tentang HI bukannya menuliskan hal-hal seperti ini. Hanya saja, saya mau memfokuskan diri belajar toefl terlebih dahulu sehingga akan sulit menuliskan sesuatu dengan riset yang mendalam saat ini. Apalagi saya baru akan mau memulai menulis, ini akan sangat sulit. Maka itu izinkan saya menulis berdasarkan buku terakhir yang saya baca, Rumah Kaca karya Pramoedya Ananta Toer.

Rumah Kaca merupakan novel terakhir dari Tetralogi Buru yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer. Novel ini berkisah mengenai pergulatan hati seorang pejabat Gubermen (pemerintah Belanda) yang bernama Pangemanan dengan dua n. Pergulatan hati yang dirasakan oleh Pangemanann saya yakini juga dirasakan oleh banyak pejabat-pejabat di masa kini, dimana hati nurani dan kerakusan berkelahi. Bilamana hati nurani yang kau menangkan, maka realita akan menyulitkan hidupmu. Tapi jika kerakusan yang kau menangkan, maka hati nuranimu akan menjerit, yang bila kau dengarkan maka derita didapat di lain sisi jika kau bunuh, maka hilanglah sudah hati nuranimu.

Hal yang paling menarik dari Pangemanan dengan dua n ini adalah ia mendengarkan hati nuraninya akan tetapi juga tetap melakukan tindakan-tindakan busuk untuk mengamankan jabatannya. Bukan hanya kehilangan keluarga yang ia dapatkan dari hal ini, tapi juga kesehatan jiwa dan raga. Yang paling menyedihkan dari pergulatan hati Pangemanann adalah ketika ia mencap dirinya sendiri sebagai seorang yang menjijikkan dan hina.

Pangemanann adalah contoh bajingan yang memiliki agama sehingga ajaran moral yang telah terdogma sejak awal hidupnya membuat jiwanya kalang kabut. Sayangnya, di Indonesia ada begitu banyak bajingan yang tak memiliki agama, kalau pun ada hanya tertulis di KTP. Hilanglah sudah norma-norma yang ada dalam dirinya. Ketika ketahuan publik telah melakukan korupsi, bukan malu yang diperlihatkannya, melainkan senyuman. Toh semua orang juga melakukan, adalah pikiran yang pasti dipikirkan oleh bajingan-bajingan dengan uang melimpah namun jiwa kotor bak tikus got !

Dan bagaimana dengan rakyat sendiri ? Dari zaman dahulu kala, rakyat merindukan seorang pemimpin yang memiliki prinsip. Bukankah terlihat sampai sekarang betapa rakyat mengelu-elukan Soekarno sebagai presiden yang memiliki prinsip ? Bahkan Soeharto, yang anak beranaknya kaya raya karena korupsi pun masih dirindukan oleh rakyat karena keadaan  aman yang telah dibuatnya, karena tak ada seorang pun yang berani melawannya kala itu.

Tahukah Tuan cerita sejarah yang paling disukai orang Jawa sampai detik ini ? Aku, yang tak tahu sesuatu tentang Jawa, hanya bisa mendengarkan. Dan ia meneruskan dengan penuh keyakinan. Surapati, Tuan. Orang Jawa sendiri tak tahu sebabnya, tetapi aku tahu. Mereka mengimpikan seorang pemimpin Jawa yang bersedia hidup dan bersedia mati karena pendiriannya, seperti Surapati. Bukankah pendirian itu tidak lain daripada pernyataan filsafat ? Dan orang seperti Surapati tidak kunjung muncul datang. Surapati adalah satu-satunya. Dia tinggal jadi impian. Kenyataannya setiap pemimpin Jawa setelah itu kalah pada ujian pertama. (Dalam Rumah Kaca, Pramoedya Ananta Toer, 550-551)

Bukan hanya orang Jawa. Saya ulangi bukan hanya orang Jawa yang mengharapkan pemimpin yang memiliki pendirian dan prinsip yang teguh. Sadar maupun tidak, semua orang mengharapkan seseorang yang memiliki pendirian yang teguh untuk dijadikan pimpinan. Hal ini terlihat dari novel To Kill a Mockingbird karya Harper Lee. Tidak peduli betapa orang-orang menentang dan menghina tindakan Atticus untuk menjadi pengacara pembela seorang kulit hitam, Atticus toh tetap terpilih sebagai pemimpin di daerah tersebut. Karena tak peduli seberapa tak sukanya masyarakat kepada tindakan seseorang, jauh di lubuk hatinya, ia menyadari benar tidaknya seseorang. Dan tentu saja mereka tanpa sadar menginginkan seorang yang memiliki pendirian teguh seperti Atticus untuk menjadi pemimpin.

Apakah masih tidak percaya bahwa masyarakat, seluruh masyarakat tak peduli zaman, merindukan pemimpin yang berprinsip ?

Baiklah. Kita coba liha Ahmadinejad mantan presiden Iran dan Putin, Presiden Rusia saat ini. Tidak hanya rakyat kedua negara tersebut, tapi banyak orang di seluruh dunia yang mengharapkan Presiden seperti mereka, dua orang yang berani dan teguh pada pendiriannya. Tentu saja dua orang ini bukanlah seorang yang dengan keukeuh dengan pendiriannya tanpa ada ilmu yang mendasari. Teguh tanpa ilmu bernama kebodohan, bukan prinsip dengan filsafat.

Dua pemimpin ini adalah dua orang dengan ilmu yang mumpuni yang terlihat dari cara mereka berbicara. Cobalah untuk meluangkan waktu untuk melihat dan mengobservasi cara beliau berbicara. Maka kau akan menyadari betapa berilmunya mereka. Dan tentunya dengan dukungan ilmu yang mumpuni, maka pendirian akan lebih teguh di hati.

Dari kutipan di atas juga terlihat bahwa untuk memegang teguh prinsip akan dapat menimbulkan akibat yang sedemikian fatalnya, kematian. Oleh sebab itu lah sangat wajar, jika banyak orang yang lebih memilih untuk menjadi Pangemanan dengan dua n atau bahkan menjadi tikus got yang telah kehilangan seluruh moralnya. Hidup ini pilihan. Kamu pilih yang mana ?

putrinuril . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates