Kamis, 21 Januari 2016

Aku dengan tebal muka menyanyikan lagu “The Day You Went Away”. Tidak mengapa pikirku, karena biar bagaimana, fakta bahwa aku masih menyukainya adalah benar. Meski bahkan aku harus mengakui bahwa lagu ini terlalu berlebihan, aku tidak ingat jam, menit, dan detik kami putus.

“Maybe it seems like the girl loves the guy so much, but we do not know why he left her”

“Shit !”, umpatku dalam hati. Sayang aku tidak berani untuk menyatakannya, karena biar bagaimana aku sedang dalam situasi modus, aku mengharapkan dia kembali kepadaku. Biarlah, love me or hate me, it will benefit me after all.

Hal yang menyebalkan dari situasi ini adalah aku telah mati-matian membujuknya untuk kembali kepadaku dan segala hal yang bisa ia lakukan adalah mengingat segala hal buruk yang pernah aku lakukan kepadanya. Benar, itu adalah kesalahanku, dan aku mengakuinya. Tapi bagaimanapun (maaf aku sering sekali menggunakan kata ini) aku telah menyadarinya dan berjanji tidak akan mengulangi. Dan jelas bahwa aku masih ada di kepalanya yang besar itu. Dia membenciku. Hal yang begitu aku syukuri.


“Hey”, Fabian, teman tak tahu malu yang dibawanya mulai menyapaku. Sedari tadi ia menanyakan namaku pun tidak, dan sekarang dia menyapaku dengan hey !

“Hey?”, jawabku sambil berusaha tersenyum manis. Bagaimana pun ia adalah temannya. Teman si bangsat yang aku cintai, yang kuharap kembali kepadaku. Mengapa pula teman-temannya harus ikut ? Dan mengapa pula ia kenalkan aku sebagai temannya ke temannya ? Meski aku bukan pacarnya sekarang, tapi aku pernah menjadi pacarnya. Tidakkah lebih baik baginya mengenalkanku sebagai pacarnya di masa lalu. Akan lebih baik tanpa ada masa lalu yang akan memberikanku kode kebahagiaan.

“Mau nyanyi bareng Apa Kata Dunia-nya melly and Deddy ?”

Aku bengong. Seumur hidupku anak ini adalah orang teraneh yang pernah aku kenal. Bagaimana bisa ia mengajak wanita yang jelas-jelas sedang bermodus ria ke temannya untuk menyanyikan lagu cinta bareng ? Oh baiklah, dia tidak tahu aku mantan si sialan. Yang dia tahu aku teman si sialan.

“Hahahaha”.
“Oke doku, gue play ya sekarang”

What the hell is going on ? Gue barusan ketawa nolak dan dia justru malah nyodorin mic ke gue ? Whaaaaaaaaaaaaaaat ? Whaaaaaaaaaaaaaaaaaaat ?

Dengan segala ke what-whatan yang ada di kepala gue, si dia yang juga terus terbang-terbang di otak gue yang nyoel-nyoel saraf-saraf neuron gue justru ketawa ! Dia ketawa ngeliat gue dipaksa nyanyi sama cowok lain ! Dia yang dulu bakal marah cuma karena gue nyebut nama mamang bakso depan rumah ? Whaaaaaaaaaaaaaaaaat !!!!

Dengan segala ke what-whatan tadi, gue menyanyikan segala lagu yang direkomendasikan sama Fabian dengan membara. Dan sambil nyanyi gue sambil nyusun kepingan-kepingan puzzle masa lalu gue. Seluruh hal emang berubah. Dia jelas mencintai aku (balik ke aku karena lagi mellow marshmellow) di masa lalu, tapi engga sekarang. Aku jelas salah di masa lalu dan udah menderita dengan bermodus ria-derita dengan si sialan sekarang. Kita udah impas. Dan gimana pun, apa yang ada di masa lalu uda ga bisa aku balikin lagi. Udah berlalu, dan berada jauh. Dia yang sekarang bukan dia yang dulu. Sedangkan dia yang aku cintai adalah dia yang dulu cinta sama aku dan bukan dia yang sekarang benci sama aku.

“HAHAHAHAHA”, gue ketawa sarkas menggelegar karena sambil megang mic.
“Eh sorry, aku balik duluan aja deh ya, kamu terusin aja sama temen-temen kamu.”, kataku sambil tersenyum manis sama dia yang sekarang benci sama aku.

“Gue anter ya, ga baik cewek balik sendiri.”, Fabian, cowok teraneh yang justru menawarkan diri mengantarkan aku pulang.

Ya semuanya udah berubah, saatnya membuka cinta yang baru, mungkin ?


~BERSAMBUNG~

putrinuril . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates