Selasa, 19 Juni 2012

Aku. bocah malang yang telah kehilangan ayahnya. Dan itu dua minggu yang lalu. Yang lebih mengenaskan adalah ayahku mati dengan cara gantung diri. dan itu di depan ku.. hari itu, aku masih mengingat jelas hari itu.


~

aku menutup pintu rumah. bukan masuk. melainkan keluar lagi. baru tiga puluh menit yang lalu aku memasuki rumah yang begitu hangat itu. bukan karena bangunannya yang megah (walaupun memang megah), akan tetapi lebih kepada disana ada ayah dan ibu yang begitu aku cintai. yang begitu menyayangiku. tapi apa yang dikatakan oleh kedua orang tua ku sungguh aneh. aku tidak mengerti, bagaimana mungkin aku bisa mengerti ? bukankah aku hanya lah anak berusia sepuluh tahun ? aku bahkan masih menginjak kelas lima SD ? bagaimana bisa aku mengerti ? meski aku adalah anak terpintar diantara teman-temanku, meski aku lebih terlihat dewasa daripada mereka, namun bagaimana aku bisa mengerti apa yang dikatakan mereka, orang tua yang sangat kucintai itu ?


aku hanya terus berjalan tanpa berpikir, sampai akhirnya entah mengapa kakiku melangkah ke depan taman sekolah. disini telah sepi, wajar, hari begitu terik, dan bagi teman-teman seumurku, ini adalah jam tidur. bila mereka tidak mematuhinya maka orang tua mereka akan marah besar. terkadang, aku pun begitu. ibuku adalah orang yang begitu protektif. kau tahu, tipe yang begitu melindungi anaknya. pernah suatu ketika aku berumur lima tahun dan sedang bermain dengan masak-masakan ku, dan ibuku melihatnya. saat itu kebetulan aku sedang memegang pisau mainan, dan jujur itu memang terlihat asli, maklum seluruh mainanku adalah kualitas terbaik karena ibuku sekali lagi kuulangi begitu protektif dan begitu menyayangiku dan menginginkan segala yang terbaik bagiku. saat itu ibuku langsung merebut pisau itu dariku karena perkiraannya yang berlebihan tentu saja. aku hanya diam dan tidak menangis. sebagai anak perempuan yang masih begitu kecil, aku tidak pernah menangis. bahkan disaat ibuku dengan wajah yang begitu menyeramkan membentakku dan mengambil pisau itu, meski beberapa detik kemudian ia meminta maaf karena ia salah mengira pisau itu asli.

lamunanku terbuyar setelah kulihat ada seorang anak laki-laki yang sedang duduk dibawah pohon pengantar kematian. pohon tersebut merupakan pohon yang paling terkenal di kompleks ini. pohon yang berada tepat di tengah-tengah halaman depan sekolah. pohon yang sejujurnya hanya dengan melihatnya telah membuatku begitu merinding. pohon yang aku tidak tahu apa nama sebenarnya dan dari dulu dijuluki sebagai pohon pengantar kematian. yang kutahu, di pohon itu sering ditemukan mayat yang telah tergantung. tubuhku bergidik dengan apa yang telah kupikirkan terakhir tadi.


awalnya aku tidak peduli pada anak laki-laki yang duduk disana. bukan karena ia menundukkan wajahnya sehingga aku tidak tahu siapa dia hanya saja aku sedang tidak ingin mengobrol dengan siapa pun, aku sendiri juga sedang ada masalah. bila ia duduk disana, hanya ada dua kemungkinan, ia sedang mencoba untuk bunuh diri seperti orang kebanyakan, atau dia adalah hantu arwah penasaran yang secara tak sengaja atau sengaja (aku juga tidak yakin) menunjukkan dirinya kepadaku. aku sudah ingin berbalik pergi meninggalkannya sebelum akhirnya aku mendengar suara ribut.

"kau. aku mencarimu dari tadi. kemana saja kau hah ? si tua bangka itu meninggalkanku dengan seluruh hutangnya dan ditambah dengan kau ?!! kurang malang apa nasibku ini ? ini sudah jam dua siang kau tahu ? bukankah sekolah seharusnya pulang jam 12 ? seharusnya kau telah mengemis sekarang. kau sekarang tinggal bersamaku. hanya berdua ! jangan kau pikir kau bisa makan dengan gratis. ah, mungkin kau perlu sedikit pelajaran he ?"

suara itu diakhiri dengan bunyi tumbukan sebuah benda. ibu itu. suara itu berasal dari wanita berumur separuh abad itu. dan sekarang ibu itu telah melayangkan bongkahan tangannya ke arah hidung anak tersebut. dan anak itu diam saja. aku tidak tahu mengapa ia diam, karena yang memukulnya adalah ibunya atau karena wanita tersebut terlalu kuat untuk dilawan. akan tetapi, bagiku, siapapun selain ibuku (yang untungnya tidak pernah berlaku hal kasar kepadaku) akan kuhajar balik. apapun resikonya dan apabila itu ibuku, maka aku akan menangis dan memohon ampu. akan tetapi anak itu diam saja, dia seakan pasrah. ibu itu atau mungkin lebih baik kukatakan wanita itu terus memukulinya. entah karena tangan dan kaki wanita iblis itu telah capai atau karena ia tidak sengaja melihatku, ia menghentikan pukulannya dan berdesis "kau selamat!"


anak lelaki itu seakan tak peduli dengan sakitnya dan duduk seperti awal. bersimpuh di bawah pohon, menunduk, dan menyenderkan badannya. akan tetapi kali ini lebih sayu. lebih kosong. dan aku mulai sadar siapa dia. dia kakak kelasku.namanya derian hakim. dia duduk di bangku kelas 6 SD dan begitu terkenal. dia tampan, memiliki hidung mancung, kulit putih, otak pintar, dan begitu bersinar. yang kutahu, ia adalah figur yang begitu sempurna, tak ada celah. hanya saja akhir-akhir ini aku jarang melihatnya. kau tahu, hanya kasak-kusuk yang kudengar. dan karena ada begitu banyak kasak-kusuk, aku sampai tidak tahu mana yang harus kupercaya. karena semuanya berbeda. ada yang bilang bahwa ayah kak yan (nama ini adalah nama yang selalu anak kelas 5 gunakan untuk menggosipkannya) bunuh diri sehingga membuat kak yan stress ada juga yang bilang bahwa kak yan terlalu pintar sehingga membuat kak yan stress. entahlah, ada masih banyak lagi kasak-kusuk. yang kutangkap adalah kak yan dikatakan stress. dan hal itu karena ia adalah anak yang berbeda. begitu berbeda dengan anak yang lain. ia terlalu pendiam dan tidak pernah bicara kepada siapapun. bahkan ketika guru bertanya pun ia tidak menjawab! ia lebih memilih untuk diam dan terus membaca. hal ini mulai berlangsung ketika kak yang kelas 3 SD. awalnya hal ini membuat kak yan dihukum berkalikali sampai akhirnya guru-guru sepakat untuk tidak berkomunikasi secara audio melainkan hanya secara visual. begitulah yang kudengar. aku juga tidak terlalu yakin, karena masih ada begitu banyak gosip yang lain. terlalu banyak, sampai aku mulai berpikir bahwa kak yan lebih tenar daripada artis papan atas.


sebenarnya aku ragu untuk menekatinya. tapi aku tidak punya pilihan. bagaimanapun aku sudah salah karena tidak membantunya ketika ia disiksa wanita iblis yang entah siapa dan sekarang aku harus menebus dosaku meski sebenarnya sebagian diriku masih merasa bahwa ini tidaklah perlu.

dan aku pun menawarkan bantuan padanya...

putrinuril . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates